Pendidikan Matematika 3/A
No. 33
PENDIDIKAN : MEMANUSIAKAN MANUSIA
“Memanusiakan manusia” merupakan kata yang sangat
mencirikan kepada suatu aliran dalam kajian ilmu filsafat modern, yaitu aliran
humanis. Aliran ini memandang
manusia sebagai makhluk yang bermartabat luhur, mampu menentukan
nasib sendiri, dan dengan kekuatannya mampu
mengembangkan diri.
Aliran humanisme sebagai suatu gerakan intelektual dan
kesusastraan pada prinsipnya merupakan aspek dasar dari gerakan Renaisanse (abad
ke 14-16 M.) tujuan gerakan humanisme adalah melepaskan diri dari dominansi kekuasaan Gereja dan membebaskan akal budi dari
kungkungannya yang mengikat. Maka dalam batasan-batasan tertentu, segala bentuk
kekuatan dari luar yang membelenggu kebebasan manusia harus segera
dipatahkan. Kebebasan merupakan tema terpenting dari humanisme, tetapi
bukan kebebasan yang absolut, Kebanyakan tulisan humanistik awal diarahkan untuk
melawan dogma agama. Sebagai contoh, para penulis abad 16 seperti Desiderius
Erasmus dan Sir Thomas More memprotes gereja yang sering kali menyuruh orang
taat pada doktrin-doktrin agama, hal ini dianggap oleh para pemikir telah merusak
martabat kemanusiaan dengan merampas kebebasan berpikir untuk diri sendiri.
Humanisme Pada abad 18 periode perkembangan dimasukan kedalam masa
pencerahan. Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu dimana tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah
manusia sebagai metode untuk mencoba kesempurnaan
tujuan-tujuan pendidikan. Tulisan-tulisan Locke juga menggemakan
pertanggungjawaban semacam itu di abad tersebut. Sebelum Locke,
otoritas-otoritas politik dan agama seringkali menganggap masyarakat sudah
jahat secara bawaan sejak lahir, karena itu perlu direpresi. Namun jika Locke
benar bahwa masyarakat semata-mata produk lingkungan, maka satu-satunya
kesempatan memang mengubah lingkungan untuk menyempurnakan masyarakat sehingga
membuat represi tidak lagi dibutuhkan. Dan jika ketidaksetaraan bukan hal
bawaan, melainkan produk dari kondisi yang ada, manusia bisa menghilangkannya.
(Crain, 2007).
Pada abad 20 terjadi perkembangan
humanistik yang disebut humanisme kontemporer yang merupakan
reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang
mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era
modern.
Di pandangan melalui caranya aliran ini juga berimbas keranah
pendidikan dengan adanya teori belajar humanistik, pelopor dari teori ini
adalah Jurgen Hubermas. Teori humanistik proses belajar harus dimulai dan
ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh karena itu
teori ini erat hubungannya dengan dunia filsafat.
Teori
humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun bisa dimanfaatkan asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia, maksudnya adalah, mencapai aktualisasi
diri, pemahaman diri, dan realisasi diri orang yang belajar secara optimal,
kerena manusia merupakan makhluk yang kompleks, maka banyak ahli memandangnya
dari sisi yang berbeda sesuai dengan mana yang menjadi penekanannya.
Teori belajar
humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih
praktis. Karena kedekatannya dengan kajian filsafat dari pada bidang
pendidikan. Namun, teori ini dinilai ideal karena memanusiakan manusia dapat
mendukungnya suatu pendidikan. Karena pada
intinya pendidikan ialah diarahkan untuk membentuk manusia yang ideal, yang
dicita-citakan. Maka dari itu sangat perlu diperhatikan perkembangannya oleh
guru dalam merencanakan pembelajarannya. Seseorang akan dapat belajar dengan
baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya dan dapat menentukan pilihan
dengan bebas. Dengan demikian teori humanistik dapat menjadi penjelas bagaimana
tujuan tersebut dapat tercapai.
Dalam
prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada
pedoman baku tentang langkah-langkah pembajaran dengan pendekatan humanistik,
namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a.
Menentukan tujuan-tujuan
pembelajaran.
b.
Menentukan materi pelajaran.
c.
Mengidentifikasi kemampuan awal
siswa.
d.
Mengidentifikasi topik-topik
pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam
belajar.
e.
Merancang fasilitas belajar seperti
lingkungan dan media pembelajaran.
f.
Membimbing siswa belajar secara
aktif.
g.
Membimbing siswa untuk memahami
hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
h.
Membimbing siswa membuat
konseptualisasi pengalaman belajarnya.
i.
Membimbing siswa dalam
mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
j.
Mengevaluasi proses dan hasil
belajar.
Ada pula Implikasi Teori Belajar Humanistik, sebagai
berikut :
a.
Guru Sebagai Fasilitator.
b.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian
kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
c.
Fasilitator membantu untuk
memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga
tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
d.
Guru mempercayai adanya keinginan
dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi
dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
e.
Guru mencoba mengatur dan
menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan
para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
f.
Guru menempatkan dirinya sendiri
sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
g.
Di dalam menanggapi
ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat
intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara
yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
h.
Bilamana cuaca penerima kelas telah
mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa
yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
i.
Guru mengambil prakarsa untuk ikut
serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan
juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh
saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Jika kita lihat seksama dari panduan atau acuan penerapan
teori belajar humanistik diatas, sekilas mungkin akan teringat kurikulum 2013
yang menjadikan guru sebagai fasilitator. Membiarkan siswa mengembangkan minat
dan bakatnya dan menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, yang
artinya siswa dituntut membangun dan mengembamgkan pengetahuannya, juga
dituntut menjadi aktif dalam proses belajar. Hal ini pun sama dengan apa yang
dicirikan oleh teori humanistik.
Apabila dilihat
dari kegunaannya “Memanusiakan manusia” ini menjadi sangat penting saat
pendidikan terasa hambar dengan pembelajaran yang diberi hanya sekedar satu
arah, yang menjadikan guru sebagai model tunggal dalam pengaplikasiannya.
Padahal siswa yang seharusnya menjadi subjek dan bukan menjadi objek yang dianggap
sebagai tong kosong yang ditetesi air oleh gurunya.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. Organis, harmonis,
dinamis. Guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Manfaat dari humanistik ini akan sangat membantu para
pendidik menyadari bahwa murid ialah manusia-manusia yang berharga dan berkembang,
juga pendidik dapat memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas.
Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterapkan kedalam langkah-langkah
pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat
besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskan
dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami kejiwaan manusia,
menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti, tujuan, penentuan materi,
pemilihan strategi pembelajaranm serta pengembangan alat evaluasi, kearah
pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
Kelebihan dari teori belajar humanistik adalah
a.
Teori ini cocok untuk diterapkan
dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena iker.
b.
Indikator dari keberhasilan aplikasi
ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjadi perubahan pola iker, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
c.
Siswa diharapkan menjadi manusia
yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku
Kekurangan dari teori belajar humanistik adalah :
a.
Siswa yang tidak mau memahami
potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar
b.
Terlalu memberi kebebasan pada siswa
DAFTAR PUSTAKA
Hatimah ihat dkk. (2009).
Pembelajaran Berbasis Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/27/penerapan-filsafat-humanistik-dalam-pembelajaran-5/feed/ diakses pada 13 Oktober 2014
Afni Nurul. 2013 Filsafat Humanistik dan Aplikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. http://nurulafnisinaga.blogspot.com/feeds/6705527691965237235/comments/default diakses pada 13 Oktober 2014
http://adipustakawan01.blogspot.com/feeds/2748000894634305083/comments/default diakses pada 13
Oktober 2014
http://van88.wordpress.com/filsafat-pendidikan/feed/ diakses pada 13 Oktober 2014
http://www.tuanguru.com/feeds/1999979952607394273/comments/default diakses pada 13 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar